Para astronom kembali menemukan fenomena langka di tata surya kita. Sebuah kuasi-bulan baru bernama 2025 PN7 telah terdeteksi mengorbit di dekat Bumi dan diperkirakan akan tetap menjadi “pendamping” planet kita hingga tahun 2083.
Penemuan menarik ini pertama kali diumumkan oleh ilmuwan dari observatorium Pan-STARRs di Hawaii pada 29 Agustus 2025. Kuasi-bulan ini ditemukan ketika para astronom sedang memantau lintasan asteroid kecil di sekitar orbit Bumi.
Apa Itu Kuasi-Bulan?
Menurut The Planetary Society, kuasi-bulan bukanlah bulan sejati seperti Bulan yang kita kenal. Objek ini sebenarnya adalah asteroid kecil yang memiliki orbit mirip dengan orbit Bumi, sehingga tampak seolah-olah mengelilingi planet kita.
Namun, secara ilmiah, kuasi-bulan tidak benar-benar terikat gravitasi Bumi — melainkan berada dalam orbit Matahari yang hampir sama dengan orbit Bumi.
Fenomena ini membuat kuasi-bulan tampak “mengekor” atau “menyertai” Bumi dari perspektif pengamat di planet kita. Karena itu, kuasi-bulan sering disebut sebagai “bulan semu” atau “kembaran Bulan.”
Ditemukan oleh Pan-STARRs, Diteliti oleh Ilmuwan Dunia
Penemuan 2025 PN7 ini menjadi sorotan karena hanya ada enam kuasi-bulan lain yang diketahui sebelumnya mengorbit dekat Bumi. Dengan demikian, 2025 PN7 menjadi kuasi-satelit ketujuh yang berhasil diidentifikasi sejauh ini.
Carlos de la Fuentes, astronom dari Complutense University of Madrid yang ikut menulis laporan penelitian ini, mengatakan bahwa sejauh ini belum ada bukti kuat mengenai asal-usul 2025 PN7.
“Bisa jadi ia adalah pecahan asteroid, atau mungkin sisa material dari proses awal pembentukan tata surya,” ujarnya.

Ukuran dan Karakteristik Kuasi-Bulan 2025 PN7
Menurut Jonathan Blazek, ahli astrofisika dari Northeastern University, 2025 PN7 memiliki ukuran sekitar sebesar gedung perkantoran kecil.
Meskipun terlihat kecil jika dibandingkan dengan Bulan asli, massa kuasi-bulan ini diperkirakan mencapai sekitar satu kuadriliun kali lebih masif dibandingkan objek mikroskopis ruang angkasa biasa.
“Dalam jangka panjang, orbitnya akan bergeser, dan kuasi-bulan ini pada akhirnya akan meninggalkan Bumi,” kata Blazek menjelaskan. Perubahan ini terjadi karena interaksi gravitasi antara Bumi, Bulan, dan Matahari yang sangat kompleks.
Tak Berpengaruh pada Pasang Surut Bumi
Jacqueline McCleary, asisten profesor astrofisika di Northeastern University, menegaskan bahwa 2025 PN7 terlalu kecil untuk memberikan efek gravitasi yang terukur terhadap Bumi, termasuk terhadap pasang surut air laut.
“Kuasi-bulan seperti ini terlalu kecil dan terlalu jauh untuk memengaruhi sistem Bumi secara signifikan,” ujarnya. “Namun, dari sisi ilmiah, mereka sangat menarik karena memberi kita kesempatan memahami dinamika orbit benda langit kecil di dekat planet kita.”
Kuasi-Bulan: Cermin dari Kompleksitas Orbit Tata Surya
Para ilmuwan memandang keberadaan kuasi-bulan seperti 2025 PN7 sebagai kesempatan penting untuk memahami interaksi gravitasi kompleks di sekitar Bumi. Objek-objek ini membantu para peneliti mempelajari bagaimana asteroid kecil bisa terjebak sementara di orbit planet sebelum akhirnya menjauh kembali.
Fenomena seperti ini juga menyoroti betapa dinamisnya tata surya kita — di mana benda-benda kecil dapat melintasi orbit planet dan menciptakan konfigurasi yang menarik dari waktu ke waktu.
Kesimpulan
Penemuan kuasi-bulan 2025 PN7 menjadi tonggak baru dalam studi astronomi modern.
Meskipun tidak sebesar Bulan dan tidak permanen mengorbit Bumi, keberadaannya membuktikan bahwa ruang di sekitar planet kita jauh lebih aktif dan dinamis daripada yang kita bayangkan.
Kuasi-bulan ini diperkirakan akan tetap mengikuti Bumi hingga tahun 2083, sebelum akhirnya mengembara kembali ke orbit Matahari.
Referensi detik.com
Baca Artikel Lainnya Klik Disini





