loader image

Alasan Indonesia Sulit Regenerasi ke Jaringan 5G

Direktur Utama PT XL Axiata Tbk Dian Siswarini menjelaskan alasan jaringan 5G belum juga diimplementasikan di Tanah Air. Salah satunya adalah memerlukan investasi yang sangat besar. Ia mengatakan investasi tersebut menjadi pertimbangan operator telekomunikasi saat ini.

“Sebetulnya kan begini ya, tadi kita juga bicarakan bahwa memang soal regulatory charges ini kan kalau kita bandingkan dengan negara lain ya regulatory charges kita itu sudah sangat tinggi antara 12%-40% terhadap total revenue growth,” kata Ketua Umum ATSI, Dian Siswarini usai Rapat Umum Anggota 2025, di Jakarta, Senin (29/8/2025).

Sebaiknya, dia mengatakan regulatory charges perlu direview lagi supaya industri lebih sehat dan berkembang. Dengan begitu pada akhirnya perusahaan bisa menghasilkan pendapatan serta negara mendapatkan pajak. Selain itu, internet bisa lebih optimal dari sisi layanan yang jauh lebih baik.

Dian meminta agar pemerintah bisa melakukan kajian ulang, khususnya untuk 5G. Karena operator tidak akan bisa mengembangkan jaringan itu jika formula yang digunakan masih sama seperti sekarang.

“Karena kalau untuk 5G kan jumlah bandwidth yang diperlukan jauh lebih besar dari 4G. Jadi kalau untuk 5G itu minimal 50 Mhz. Sedangkan kalau misalnya tadi formula yang sama berlaku untuk 5G balik lagi bisnis kayak 5G itu mungkin tidak viable untuk operator,” kata Dian.

Teknologi 5G, menurut Dian, menawarkan kecepatan internet yang lebih tinggi dan kapasitas yang lebih besar ketimbang teknologi-teknologi generasi sebelumnya. Namun, ia mengatakan kesiapan industri untuk mengimplementasikan teknologi terbaru itu akan menjadi pertimbangan.

Karena itu, Dian masih belum bisa memperkirakan dengan pasti kapan implementasi 5G bisa terlaksana di Indonesia. Namun, ia mengatakan adanya pandemi Covid-19 juga bisa memengaruhi waktu penerapan teknologi anyar tersebut.

Ke depannya, ia mengajak operator-operator telekomunikasi lain untuk bekerjasama untuk bisa mewujudkan penerapan 5G di Tanah Air. Dengan demikian, beban investasi yang sangat besar bisa ditanggung bersama dan masyarakat bisa segera menikmati kualitas internet yang lebih cepat.

Mengapa Jaringan 5G di Indonesia Masih Lelet?

Jaringan 5G di Indonesia masih lambat. Ternyata, alasannya adalah teknologi seluler tersebut tidak didukung oleh ketersediaan frekuensi yang tepat.
Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel Sigit Puspito Wigati Jarot, dalam acara Huawei Media Camp 2023, menjelaskan bahwa jaringan 5G seharusnya digelar di frekuensi dengan bandwidth yang lebar.

Ia menjelaskan bandwidth yang lebar tersedia di pita frekuensi yang tinggi. Namun, pita frekuensi tinggi memiliki kekurangan yaitu wilayah jangkauan yang lebih sempit. Oleh karena itu, di banyak negara, jaringan 5G digelar bersamaan di frekuensi yang tinggi untuk transmisi data besar dan frekuensi yang lebih rendah supaya jangkauannya lebih luas.

Pengamat Telekomunikasi ITB, Ian Joseph Matheus Edward, mencontohkan jaringan 5G Telkomsel yang digelar di frekuensi 23 Ghz bersama dengan jaringan 4G.

Karena digelar berbarengan, bandwidth jaringan 5G Telkomsel sangat sempit sehingga cenderung lambat dibanding kapasitas 5G seharusnya. Di sisi lain, kondisi ini membuat jaringan 4G juga harus “dikorbankan” sehingga pengguna jaringan ini sering terganggu di wilayah yang sudah “5G ready” 

Baik Sigit maupun Ian, menyarankan agar pemerintah membuka pita frekuensi khusus untuk jaringan 5G di 2,6 Ghz dan 3,5 GHz. Namun, meskipun dua pita frekuensi tersebut dilelang, masih ada permasalahan biaya dan lebar pita.

Referensi cnbcindonesia.com , tempo.co
Baca Artikel Lainnya klik disini

Bagikan
Bayu
Bayu

I am a web developer with strong programming experience, specializing in building responsive and scalable web applications using modern technologies.

Articles: 66

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *