Teknologi Layar Sentuh

Pada saat itu, bagi masyarakat umum, tulisan Johnson tak lebih dari sekadar karya ilmiah belaka yang masuk laci. Namun, siapa sangka melalui tulisannya itulah teknologi yang kita kenal dengan sebutan touchscreen atau layar sentuh bermula.

Awal Mula Touchscreen

Teknologi layar sentuh mendominasi kehidupan banyak orang di masa kini dengan hadirnya smartphone. Meskipun satu unit smartphone disusun atas lebih dari seratusan komponen, tak bisa dipungkiri bagian layar adalah salah satu yang utama.

Pada 2017 lalu para produsen berlomba-lomba menghadirkan smartphone yang dipenuhi layar di sisi muka. Samsung Galaxy S8 memiliki rasio screen-to-body sebesar 83,6 persen. Sementara itu, Apple iPhone X punya rasio screen-to-body sebesar 82,9 persen.

 Layar sentuh yang biasa kita temui pada perangkat smartphone, tablet, maupun laptop pada zaman sekarang tidaklah seperti teknologi layar sentuh pada zaman dahulu. Lalu, seperti apa teknologi layar sentuh pada zaman dahulu? Berikut perkembangannya dari waktu ke waktu, dilansir dari blog Oshamait, Selasa (21/4/2015).

Para sejarawan telah sepakat bahwa penemuan pertama kali pada teknologi layar sentuh adalah E.A. Johnson di Royal Radar Estabilishment, Malvern, Inggris, sekitar tahun 1965-1967. E.A. Johnson menerbitkan deskripsi utuh dari teknologi layar sentuh yang diperuntukkan ke kontrol lalu lintas udara di artikel yang diterbitkan pada tahun 1968.

Capacitive dan Resistive

Teknologi layar sentuh punya cukup banyak varian. Macamnya antara lain Capacitive touchscreen, resistive touchscreen, surface acoustic wave touchscreen, infrared touchscreen, optical imaging touchscreen, hingga acoustic pulse recognition touchscreen. Namun, di antara banyak varian tersebut capacitive dan resistive merupakan yang paling sering dijumpai.

Capacitive, dicetuskan oleh E.A. Johnson. Sementara resistive tercipta secara tak sengaja oleh Dr. G. Samuel ketika sedang berupaya mempermudah kerja penelitiannya tentang fisika atom pada 1971.

Kunci dari layar sentuh varian capacitive ialah jari atau tangan manusia. “Manusia adalah konduktor baik,” ucap Neil Gershenfeld, direktur pada Center for Bits and Atoms Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Pada layar sentuh varian resistive, layar dilapisi komponen tipis berwarna metalik. Satu bersifat konduktif dan satunya lagi bersifat resistif terhadap sentuhan. Kedua lapisan itu kemudian dipisahkan. Ketika sentuhan jari dilakukan pada layar jenis ini, komponen konduktif dan resistif dipaksa bertemu. Di titik pertemuan itu terjadi “gangguan” listrik dan kemudian dijadikan titik koordinat. Titik yang kemudian diartikan perintah oleh mesin.

Fischetti kemudian memberikan tips guna membedakan varian teknologi layar sentuh yang digunakan suatu perangkat. Caranya cukup mudah. Tekan layar sentuh dengan kuku, bukan jari. Jika perangkat mengeksekusi apapun perintah yang ditekan tersebut, ia merupakan layar sentuh berjenis resistive. Jika tidak, layar sentuh tersebut dipastikan berteknologi capacitive.

Dalam tulisan lain dari Mark Fischetti berjudul “Touch Screens Redefine The Market” dikatakan secara tersirat bahwa iPhone membawa perubahan pada dunia perangkat teknologi yang memiliki fungsi layar sentuh. Sebelum iPhone lahir, pada 2007, mayoritas perangkat yang memiliki fungsi layar sentuh hanya mampu menangani sentuhan tunggal di layar.

Munculnya OLED

Setelah 17 tahun berlalu, Apple kemudian meluncurkan iPhone X, smartphone yang mengusung layar OLED. OLED atau organic light-emitting diodes merupakan layar LED + organic, molekul karbon kompleks yang berasal dari senyawa organik. Teknologi layar OLED diperkenalkan pada dekade 1980-an oleh peneliti dari Kodak Research Laboratories bernama Ching W. tang dan Steven Van Slyke. OLED merupakan inovasi dari teknologi layar sebelumnya seperti tabung, LCD dan LED.

Guillaume Chansin, analis teknologi dari IDTechEx, mengatakan OLED merupakan teknologi layar yang memungkinkan produsen lebih terfokus membuat desain perangkat.

https://tirto.id/layar-sentuh-teknologi-yang-embrionya-ada-sejak-setengah-abad-cC1i “Layar OLED ringan, fleksibel, dan memungkinkan desainer lebih banyak memikirkan bentuk perangkat (yang akan dibuat) mereka,” katanya.

Penggunaan layar OLED pada smartphone bukan kali pertama dilakukan oleh Apple. Samsung melalui varian Galaxy S8 juga menyematkan teknologi ini. Namun, merujuk analisis DisplayMate, sebagaimana diwartakan ZDNet, layar OLED yang ada pada iPhone X ialah yang terbaik. Uniknya, OLED yang terpasang pada iPhone X merupakan buatan Samsung. Layar OLED pada iPhone X, kemudian mengalahkan layar OLED pada Samsung Galaxy S8 maupun Note8.

Kompetisi dalam pengembangan teknologi layar akan terus berkembang. Salah satu indikasinya dicetuskan oleh Michael Hack dan Ruiqing Ma dari Universal Display Corp. Mereka memiliki paten bertajuk “Rollable OLED Display”. Layar yang dapat digulung.

Bila kemudian paten tersebut menjadi nyata dengan sentuhan inovasi manusia, maka akan memunculkan jenis-jenis baru suatu perangkat layar baru dalam industri. Ini mengingatkan kembali sekitar setengah abad lalu saat Eric Arthur Johnson membuat sebuah tulisan soal layar sentuh yang kini begitu dekat dengan kehidupan banyak orang sebagai bagian vital dari perangkat smartphone kita.

Baca Selengkapnya

Bagikan
Bayu
Bayu

I am a web developer with strong programming experience, specializing in building responsive and scalable web applications using modern technologies.

Articles: 27

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *